Ini salah satu jurus pamungkas yang sering disampaikan orang
ketika dia terjepit. Secara tabiat, manusia tidak mau disalahkan. Sekalipun dia
bersalah. Hingga pada gilirannya, ketika dia memang benar-benar salah, dan
tidak ada ruang untuk menghindar, dia akan membela hatinya, ’yang penting-kan
hatiku baik.’
Anda mungkin pernah mendengar ketika ada seorang wanita
diingatkan agar pakai jilbab, jangan mengumbar aurat. Gak gak papa, yang
penting hatiku baik.
Jangan pacaran, itu mendekati zina. Gak papa, yang penting
hatiku baik.
Jaga shalat, jangan sampai ditinggalkan. Gak shalat gak
papa, yang penting hatiku baik.
Jangan percara paranormal. Itu bisa syirik. Gak papa, yang
penting hatiku baik.
Sejuta kata ‘jangan’, bisa dimentahkan hanya dengan satu
kata, ’yang penting hatiku baik.’ Kalo begitu, sampaikan saja, Pak Ustad, Tuan
Guru, gak usah ngajar, gak usah dakwah. Hati umat sudah baik.
Jadi sebut saja, ini kalimat pembelaan.
Sebenarnya, semua orang sadar, bahwa hatilah yang menentukan
baik dan buruknya anggota badan. Terlebih bagi mereka yang pernah mendengar
hadis yang sangat terkenal,
Dari Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَلاَ وَإِنَّ فِي الجَسَدِ
مُضْغَةً: إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ
الجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ
الجَسَدُ كُلُّهُ، أَلاَ وَهِيَ القَلْبُ
Ketahuilah bahwa dalam jasad ada segumpal darah. Jika
segumpal darah ini baik, maka semua jasad jadi baik. Jika segumpal darah ini
jelek, maka semua jasad jadi jelek. Itulah qolbu. (HR. Bukhari 52 & Muslim
1599)
Memahami prinsip ini, sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu
mengatakan,
القلب ملك والأعضاء جنوده
فإذا طاب الملك طابت
جنوده وإذا خبث الملك
خبثت جنود
Hati adalah raja, sementara anggota badan adalah pasukannya.
Apabila rajanya baik, maka pasukannya juga baik. Jika rajanya jahat, pasukannya
juga jahat. (HR. Baihaqi dalam Syuabul Iman 104 dan Abdurrazaq dalam
al-Mushannaf 20375).
Sebagai renungan,
Dalam sebuah kerajaan, sang raja mengawasi dengan detail
semua gerakan pasukannya. Dan diapun kuasa untuk mengendalikan seluruh
pasukannya sesuai keinginannya.
Mungkinkan dalam kerajaan itu, ada pasukan yang melakukan
perbuatan secara terang-terangan, dan perbuatanya bertentangan dengan keinginan
sang raja??.
Saya yakin, semua sepakat menjawab, tidak ada.
Jika hati anda baik, mungkinkah anggota badan anda melakukan
perbuatan yang bertentangan dengan hati anda??
Apa yang anda lakukan, yang diwakili oleh gerakan semua
anggota badan, adalah indikator bahwa apa yang tersimpan dalam hati anda, tidak
jauh berbeda dengan apa yang anda nampakkan. Kecuali jika anda sedang tidur,
hilang akal, darurat terpaksa, atau lupa. Di saat itulah, sang raja tidak
sadar.
Dusta ketika ada orang yang bergelimang maksiat, tidak
shalat, tidak puasa, sementara ketika diingatkan dia mengaku hatinya baik.
أَفَلَمْ
يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَتَكُونَ
لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَا
أَوْ آذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا
فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ
وَلَكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي
فِي الصُّدُورِ
Apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka
mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga
yang dengan itu mereka dapat mendengar? karena Sesungguhnya bukanlah mata itu
yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada. (QS. Al-Hajj: 46)
Allahu a’lam.
No comments:
Post a Comment