Allah Subhanahu wa Ta’ala mengisahkan hal diatas dalam
firmanNya, yang artinya: “Dan jika (ada sesuatu) yang kamu herankan, maka yang
patut mengherankan adalah ucapan mereka, ‘Apabila kami telah menjadi tanah,
apa-kah kami sesungguhnya akan (dikembalikan) menjadi makhluk yang baru?’
Orang-orang itulah yang kafir kepada Tuhannya; dan orang-orang itulah (yang
dilekatkan) belenggu di leher-nya; mereka itulah penghuni Neraka, mereka kekal
di dalamnya.” (QS: Ar-Ra’d: 5). (Lihat juga; Al-Mu’minun: 82-83; Qaaf: 3;
As-Sajdah: 10)
Al-Qur’an telah meyakinkan adanya ba’ts (kebangkitan)
beserta sanggahan atas orang-orang yang mengingkarinya dengan metode yang hebat
dan jitu, sehingga memaksa akal sehat untuk menerimanya dan tunduk kepadanya.
Kebanyakan metode itu bisa disaksikan, diindera serta difahami oleh akal secara
nyata.
Paling tidak, di dalam Al-Qur’an ada empat macam metode
pembuktian adanya kebangkitan.
Metode Pertama:
Ber-istidlal (pembuktian) dengan penciptaan langit dan bumi
dan benda-benda yang agung yang menjadi saksi atas kesempurnaan ciptaan Alloh
Subhanahu wa Ta’ala serta bukti atas kekuasaan Alloh Subhanahu wa Ta’ala yang
absolut; suatu perkara yang mengharuskan ke-Mahakuasaan Alloh Subhanahu wa
Ta’ala atas perkara yang lebih kecil dari itu. Alloh Subhanahu wa Ta’ala
menjelaskan hal ini, yang artinya: “Dan apakah mereka tidak memperhatikan
bahwasanya Alloh yang menciptakan langit dan bumi adalah kuasa (pula)
menciptakan yang serupa dengan mereka, dan telah menetapkan waktu yang tertentu
bagi mereka yang tidak ada keraguan padanya? Maka orang-orang zhalim itu tidak
menghendaki kecuali kekafiran.” (QS: Al-Isra’: 99).
“Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya
Alloh yang menciptakan langit dan bumi dan Dia tidak merasa payah karena
menciptakannya, kuasa menghidupkan orang-orang mati? Ya (bahkan) sesungguhnya
Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS: Al-Ahqaf: 33).
“Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih besar
daripada penciptaan manusia, akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”
(QS: Ghafir: 57).
Dan masih banyak lagi ayat-ayat yang menjelaskan tentang hal
ini, semuanya menjelaskan bahwa menciptakan manusia serta membangkitkan sesudah
mati adalah lebih mudah dan lebih ringan daripada menciptakan makhluk-makhluk
raksasa ini. Padahal semuanya itu kecil bagi Alloh Subhanahu wa Ta’ala.
Metode Kedua:
Ber-istidlal akan adanya ba’ts dengan penciptaan manusia
pertama kali, oleh karena siapa yang dapat menciptakan manusia pasti mampu
mengembalikannya untuk kedua kalinya. Kepas-tian seperti ini banyak terdapat di
dalam Al-Qur’an, seperti firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala, yang artinya: “Hai
manusia, jika kamu dalam keraguan ten-tang kebangkitan (dari kubur), maka
(ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari
setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang
sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu
dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah
ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan
berangsur-angsur) sampailah kamu kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang
diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai
pikun, supaya dia tidak menge-tahui lagi sesuatu pun yang dahulunya telah
diketahuinya.” (QS: Al-Hajj: 5).
“Dan Dialah yang menciptakan (manusia) dari permulaan,
kemudian mengembalikan (menghi-dupkan)-nya kembali, dan menghidupkan kembali
itu adalah lebih mudah bagi-Nya. Dan bagiNyalah sifat yang Mahatinggi di langit
dan di bumi; dan Dialah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (QS: Ar-Ruum:
27).
Pada ayat-ayat yang kami kemukakan di atas juga pada
ayat-ayat lain yang serupa terdapat teguran yang menggugah orang-orang yang
ingkar agar mau melihat dan merenungi dirinya sendiri; dari mana pertama kali
ia diciptakan, juga agar merenungi masa-masa yang telah ia lewati setiap
tahapan yang selalu berbeda dengan yang sebelumnya. Maka, yang mampu mengadakan
manusia –dari tidak ada– niscaya Dia tidak akan kesulitan mengembalikannya
sekali lagi, sebaliknya hal itu lebih mudah dari menciptakannya pertama kali.
Perbedaan ini kalau diukur dengan akal dan kebiasaan manusia. Sedangkan menurut
Alloh Subhanahu wa Ta’ala, maka tidak ada sesuatu yang lebih mudah dari yang
lain, semuanya mudah bagiNya.
Metode Ketiga:
Alloh Subhanahu wa Ta’ala menegakkan dalil adanya hari
kebangkitan sesudah mati dengan menghidupkan bumi sesudah matinya, seperti yang
terdapat dalam ayat, yang artinya: “Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai
pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmatNya (hujan), sehingga apabila
angin itu telah membawa awan, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami
turunkan hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu
berbagai macam buah-buahan, seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang mati,
mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran.” (QS: Al-A’raf: 57). (Lihat juga
Al-Hajj: 5; Az-Zukhruf: 11)
Dalam ayat-ayat terdahulu dan yang sejenisnya Alloh
Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan bahwasanya menghidupkan sesudah mati adalah
sangat mungkin bagi Tuhan Yang Maha Mengatur semua urusan. Bukti kongkritnya
selalu dapat Anda amati, yaitu dengan melihat tanah yang kering, gersang dan
gundul tak berkehidupan, maka Alloh Subhanahu wa Ta’ala mendatangkan air hujan,
sesudah itu ia menjadi hijau dan subur, pepohonan, bunga-bunga serta
buah-buahan bertebaran di mana-mana. Maka Yang Mahakuasa menghidupkan ini akan
berkuasa pula menghidupkan kembali jasad-jasad yang telah musnah tak berbekas
dan Dia Maha Mengetahui segala ciptaanNya.
Metode Keempat:
Metode ini adalah apa yang dikabarkan dalam Al-Qur’an bahwa
Alloh Subhanahu wa Ta’ala telah menghidupkan sebagian orang yang sudah mati di
dunia. Di antaranya, Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya: “Dan
ingatlah, ketika kamu membunuh seorang manusia lalu kamu saling tuduh-menuduh
tentang itu. Dan Alloh hendak menyingkapkan apa yang selama ini kamu
sembunyikan. Lalu Kami berfirman, ‘Pukullah mayat itu dengan sebagian anggota
sapi betina itu!’ Demikianlah Alloh menghidupkan kembali orang-orang yang telah
mati, dan memperlihatkan padamu tanda-tanda kekuasaanNya agar kamu mengerti.”
(QS: Al-Baqarah: 72-73).
“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang keluar
dari kampung halaman mereka, sedang mereka beribu-ribu (jumlahnya) karena takut
mati; maka Alloh berfirman kepada mereka. ‘Matilah kamu’, kemudian Alloh
menghidupkan mereka. Sesungguhnya Alloh mempu-nyai karunia terhadap manusia,
tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur.”(QS: Al-Baqarah: 243).
“Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui
suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata,
‘Bagaimana Alloh menghidupkan kembali negeri ini setelah roboh?’ Maka Alloh
mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali. Alloh
bertanya, ‘Berapakah lamanya kamu tinggal di sini?’ Ia menjawab, ‘Saya telah
tinggal di sini sehari atau setengah hari’. Alloh berfirman,’ Sebenarnya kamu
telah tinggal di sini seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan
minumanmu yang belum lagi berubah; dan lihatlah kepada keledaimu (yang telah
menjadi tulang belulang); Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi
manusia; dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, bagaimana Kami
menyusunnya kembali, kemudian Kami menutupnya dengan daging’. Maka tatkala
telah nyata kepadanya (bagaimana Alloh menghidupkan yang telah mati) dia pun
berkata, ‘Saya yakin bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.“ (QS:
Al-Baqarah: 259).
Metode ini juga yang terjadi melalui Nabi Isa sebagai
mukjizat baginya, yaitu menghidupkan orang mati dengan seizin Alloh Subhanahu
wa Ta’ala. Tidak diragukan lagi bahwa dalil-dalil tersebut di atas dengan pasti
telah membuktikan akan adanya hari Kebangkitan, karena Yang dapat menghi-dupkan
kembali suatu jiwa sesudah matinya pasti Dia mampu menghidpkan semua jiwa. Sebagaimana
ditegaskan oleh Alloh Subhanahu wa Ta’ala, yang artinya: “Tidaklah Alloh
menciptakan dan membangkitkan kamu (dari dalam kubur) itu melainkan hanyalah
seperti (menciptakan dan membangkitkan) satu jiwa saja. Sesungguhnya Alloh Maha
Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS: Luqman: 28).
Karena itu tidak ada alasan bagi manusia untuk mengelak dari
mempercayai hari Kebangkitan. Maka, kewajiban kita adalah mempersiapkan bekal
sebaik-baiknya untuk kehidupan di sana.
(Sumber Rujukan: Kitab Tauhid Lishshaffits Tsani Al-’Ali)
No comments:
Post a Comment