Beberapa Keutamaan Dakwah:
Dakwah menjadi utama karena ia adalah muhimmatur rusul
(tugas para nabi dan rasul).
Dakwah menjadi utama karena ia adalah ahsanul a’mal
(sebaik-baik amal).
Dakwah menjadi utama karena dengan berdakwah seorang muslim
meraih pahala yang teramat besar (al-hushul ‘alal ajri al-azhim).
Dakwah menjadi utama karena dapat menyelamatkan da’i dari
azab Allah swt dan pertanggungjawaban di akhirat.
Dakwah menjadi utama karena ia adalah jalan menuju khairu
ummah (terbentuknya umat yang terbaik).
Dengan demikian berarti seorang da’i sedang menjalani
kehidupan rabbaniyyah (al-hayah ar-rabbaniyyah) dan kehidupan yang penuh
keberkahan (a-hayah al-mubarakah).
Dakwah adalah aktivitas menyeru manusia kepada Allah swt
dengan hikmah dan pelajaran yang baik dengan harapan agar objek dakwah (mad’u)
yang kita dakwahi beriman kepada Allah swt dan mengingkari thagut (semua yang
di abdi selain Allah) sehingga mereka keluar dari kegelapan jahiliyah menuju
cahaya Islam.
Jika kita melihat ayat-ayat Al-Quran maupun hadits-hadits
Rasulullah saw, kita akan banyak menemukan fadhail (keutamaan) dakwah yang luar
biasa. Dengan mengetahui, memahami, dan menghayati keutamaan dakwah ini seorang
muslim akan termotivasi secara kuat untuk melakukan dakwah dan bergabung
bersama kafilah dakwah di manapun ia berada.
Mengetahui keutamaan dakwah termasuk faktor terpenting yang
mempengaruhi konsistensi seorang muslim dalam berdakwah dan menjaga semangat
dakwah, karena keyakinan terhadap keutamaan dakwah dapat menjadikannya merasa
ringan menghadapi beban dan rintangan dakwah betapapun beratnya.
Beberapa keutamaan dakwah yang dapat kita sebutkan dalam
pokok bahasan ini adalah:
1. Dakwah adalah
Muhimmatur Rusul (Tugas Utama Para Rasul alaihimussalam)
Para rasul alaihimussalam adalah orang yang diutus oleh
Allah swt untuk melakukan tugas utama mereka yakni berdakwah kepada Allah.
Keutamaan dakwah terletak pada
disandarkannya kerja dakwah ini kepada manusia yang paling utama dan mulia
yakni Rasulullah saw dan saudara-saudara beliau para nabi & rasul
alaihimussalam.
Katakanlah (Hai Muhammad): “Inilah jalanku: aku dan
orang-orang yang mengikutiku berdakwah (mengajak kamu) kepada Allah dengan hujah yang nyata, Maha
Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik”. (Yusuf (12):
108).
Ayat di atas menjelaskan jalan Rasulullah saw dan para
pengikut beliau yakni jalan dakwah. Maka barangsiapa mengaku menjadi pengikut
beliau saw, ia harus terlibat dalam dakwah sesuai kemampuannya masing-masing.
Tentang Nabi Nuh as, Allah mengisahkan kesibukan beliau yang
tak kenal henti dalam menjalankan tugas berdakwah siang dan malam:
Nuh berkata: “Ya Tuhanku sesungguhnya aku telah mendakwahi
(menyeru) kaumku malam dan siang. (Nuh (71): 5).
Tentang Nabi Ibrahim as, Allah mengisahkan dakwah yang
beliau lakukan kepada ayah dan umatnya:
69. dan bacakanlah kepada mereka kisah Ibrahim.
70. ketika ia berkata kepada bapaknya dan kaumnya: “Apakah
yang kamu sembah?”
71. mereka menjawab: “Kami menyembah berhala-berhala dan
kami senantiasa tekun menyembahnya”.
72. berkata Ibrahim: “Apakah berhala-berhala itu mendengar
(doa)mu sewaktu kamu berdoa (kepadanya)?,
73. atau (dapatkah) mereka memberi manfaat kepadamu atau
memberi mudarat?”
74. mereka menjawab: “(Bukan karena itu) sebenarnya kami
mendapati nenek moyang kami berbuat demikian”.
75. Ibrahim berkata: “Maka apakah kamu telah memperhatikan
apa yang selalu kamu sembah,
76. kamu dan nenek moyang kamu yang dahulu?,
77. karena sesungguhnya apa yang kamu sembah itu adalah
musuhku, kecuali Tuhan semesta alam,
78. (Yaitu Tuhan) yang telah menciptakan aku, maka Dialah
yang menunjuki aku,
79. dan Tuhanku, yang Dia memberi makan dan minum kepadaku,
80. dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku,
81. dan yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan
aku (kembali),
82. dan yang amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku
pada hari kiamat”. (Asy-Syuara (26): 69-82).
Tentang Nabi Musa as, Allah swt mengisahkan dakwah beliau
dalam banyak ayat-ayat Al-Quran, di antaranya:
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa
mukjizat- mukjizat Kami kepada Fir’aun dan pemuka-pemuka kaumnya. Maka Musa
berkata: “Sesungguhnya aku adalah utusan dari Tuhan seru sekalian alam”. Maka tatkala dia datang kepada mereka dengan
membawa mukjizat- mukjizat Kami dengan serta merta mereka menertawakannya.
(Az-Zukhruf (43): 46-47).
Tentang Nabi Isa as, Allah swt mengisahkan dakwah beliau
dalam firman-Nya:
Dan tatkala Isa datang membawa keterangan dia berkata:
“Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa hikmah dan untuk menjelaskan kepadamu sebagian dari
apa yang kamu berselisih tentangnya, maka bertaqwalah kepada Allah dan taatlah
(kepada) ku”. Sesungguhnya Allah Dialah Tuhanku dan Tuhan kamu maka sembahlah
Dia, ini adalah jalan yang lurus. (Az-Zukhruf (43): 63-64).
Pintu kenabian dan kerasulan memang sudah tertutup
selama-lamanya, namun kita masih dapat mewarisi pekerjaan dan tugas mulia
mereka, sehingga kita berharap semoga Allah swt berkenan memuliakan kita.
2. Dakwah adalah
Ahsanul A’mal (Amal yang Terbaik)
Dakwah adalah amal yang terbaik, karena dakwah memelihara
amal Islami di dalam pribadi dan masyarakat. Membangun potensi dan memelihara
amal shalih adalah amal dakwah, sehingga dakwah merupakan aktivitas dan amal
yang mempunyai peranan penting di dalam menegakkan Islam. Tanpa dakwah ini maka
amal shalih tidak akan berlangsung.
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang
berdakwah (menyeru) kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata:
“Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?” (Fushilat (41):
33).
Ibnu Jarir Ath-Thabari rahimahullah mengatakan dalam
tafsirnya: Allah swt menyeru manusia: “Wahai manusia, siapakah yang lebih baik
perkataannya selain orang yang mengatakan Rabb kami adalah Allah, kemudian
istiqamah dengan keimanan itu, berhenti pada perintah dan larangan-Nya, dan
berdakwah (mengajak) hamba-hamba Allah untuk mengatakan apa yang ia katakan dan
mengerjakan apa yang ia lakukan.” (Tafsir Ath-Thabari, Jami’ul Bayan Fi Ta’wil
Al-Quran, 21/468).
Bagaimana tidak akan menjadi ucapan dan pekerjaan yang
terbaik? Sementara dakwah adalah pekerjaan makhluk terbaik yakni para nabi dan
rasul alaihimussalam.
Sayyid Quthb rahimahullah berkata dalam Fi Zhilal Al-Quran:
“Sesungguhnya kalimat dakwah adalah kalimat terbaik yang diucapkan di bumi ini,
ia naik ke langit di depan kalimat-kalimat baik lainnya. Akan tetapi ia harus
disertai dengan amal shalih yang membenarkannya, dan disertai penyerahan diri
kepada Allah sehingga tidak ada penonjolan diri di dalamnya. Dengan demikian
jadilah dakwah ini murni untuk Allah, tidak ada kepentingan bagi seorang da’i
kecuali menyampaikan. Setelah itu tidak
pantas kalimat seorang da’i kita sikapi dengan berpaling, adab yang buruk, atau
pengingkaran. Karena seorang da’i datang dan maju membawa kebaikan, sehingga ia
berada dalam kedudukan yang amat tinggi…” (Fi Zhilal Al-Quran 6/295).
3. Dakwah memiliki keutamaan yang besar karena para da’i
akan memperoleh balasan yang besar dan berlipat ganda (al-hushulu ‘ala al-ajri
al-‘azhim).
قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى
الله عليه وسلم لِعَلِيٍّ:
((فَوَاللَّهِ لَأَنْ يَهْدِيَ اللَّهُ
بِكَ رَجُلاً خَيْرٌ لَكَ
مِنْ أَنْ يَكُونَ لَكَ
حُمْرُ النَّعَمِ)) (رواه البخاري ومسلم
وأحمد)
Sabda Rasulullah saw kepada Ali bin Abi Thalib: “Demi Allah,
sesungguhnya Allah swt menunjuki seseorang dengan (dakwah)mu maka itu lebih
bagimu dari unta merah.” (Bukhari, Muslim & Ahmad).
Ibnu Hajar Al-‘Asqalani ketika menjelaskan hadits ini
mengatakan bahwa: “Unta merah adalah kendaraan yang sangat dibanggakan oleh
orang Arab saat itu.”
Hadits ini menunjukkan bahwa usaha seorang da’i menyampaikan
hidayah kepada seseorang adalah sesuatu yang amat besar nilainya di sisi Allah
swt, lebih besar dan lebih baik dari kebanggaan seseorang terhadap kendaraan
mewah miliknya.
Dalam riwayat Al-Hakim disebutkan:
« يَا عَلِيُّ، لَأَنْ يَهْدِيَ اللهُ
عَلَى يَدَيْكَ رَجُلاً خَيْرٌ لَكَ
مِمَّا طَلَعَتْ عَلَيْهِ الشَّمْسُ » (رواه الحاكم في
المستدرك)
“Wahai Ali, sesungguhnya Allah swt menunjuki seseorang
dengan usaha kedua tanganmu, maka itu lebih bagimu dari tempat manapun yang
matahari terbit di atasnya (lebih baik dari dunia dan isinya). (HR. Al-Hakim
dalam Al-Mustadrak).
قال رسول الله صلى
الله عليه وسلم: ((إِنَّ
اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ وَأَهْلَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرَضِينَ حَتَّى النَّمْلَةَ فِي
جُحْرِهَا وَحَتَّى الْحُوتَ لَيُصَلُّونَ عَلَى مُعَلِّمِ النَّاسِ
الْخَيْرَ)) (رواه الترمذي عن
أبي أمامة الباهلي).
Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya Allah swt memberi
banyak kebaikan, para malaikat-Nya, penghuni langit dan bumi, sampai
semut-semut di lubangnya dan ikan-ikan selalu mendoakan orang-orang yang
mengajarkan kebaikan kepada orang lain.” (HR. Tirmidzi dari Abu Umamah
Al-Bahili).
Berapakah jumlah malaikat, semut dan ikan yang ada di dunia
ini? Bayangkan betapa besar kebaikan yang diperoleh oleh seorang da’i dengan
doa mereka semua!
Imam Tirmidzi setelah menyebutkan hadits tersebut juga
mengutip ucapan Fudhail bin ‘Iyadh yang mengatakan:
عَالِمٌ
عَامِلٌ مُعَلِّمٌ يُدْعَى كَبِيرًا فِي
مَلَكُوتِ السَّمَوَاتِ
“Seorang yang berilmu, beramal dan mengajarkan (ilmunya)
akan dipanggil sebagai orang besar (mulia) di kerajaan langit.”
Keagungan balasan bagi orang yang berdakwah tidak hanya pada
besarnya balasan untuknya tetapi juga karena terus menerus nya ganjaran itu
mengalir kepadanya meskipun ia telah wafat.
Perhatikan sabda Rasulullah saw berikut ini:
((مَنْ
سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً
حَسَنَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كُتِبَ
لَهُ مِثْلُ أَجْرِ مَنْ
عَمِلَ بِهَا وَلَا يَنْقُصُ
مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْءٌ وَمَنْ سَنَّ
فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً سَيِّـئَةً فَعُمِلَ
بِهَا بَعْدَهُ كُتِبَ عَلَيْهِ مِثْلُ
وِزْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا
وَلَا يَنْقُصُ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ))
(رواه مسلم عَنْ جَرِيرِ
بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رضي
الله عنه).
“Siapa yang mencontohkan perbuatan baik dalam Islam, lalu
perbuatan itu setelahnya dicontoh (orang lain), maka akan dicatat untuknya
pahala seperti pahala orang yang mencontohnya tanpa dikurangi sedikit pun
pahala mereka yang mencontoh nya. Dan barangsiapa mencontohkan perbuatan buruk,
lalu perbuatan itu dilakukan oleh orang lain, maka akan ditulis baginya dosa
seperti dosa orang yang menirunya tanpa mengurangi mereka yang menirunya. (HR.
Muslim dari Jarir bin Abdillah ra).
4. Dakwah dapat
menyelamatkan kita dari azab Allah swt (An-Najatu minal ‘Azab)
Dakwah yang dilakukan oleh seorang da’i akan membawa manfaat
bagi dirinya sebelum manfaat itu dirasakan oleh orang lain yang menjadi objek
dakwahnya (mad’u). Manfaat itu antara lain adalah terlepasnya tanggung jawabnya
di hadapan Allah swt sehingga ia terhindar dari adzab Allah.
Tersebutlah sebuah daerah yang bernama “Aylah” atau “Eliah”
sebuah perkampungan Bani Israil. Penduduknya diperintahkan Allah untuk
menghormati hari Jumat dan menjadikannya hari besar, namun mereka tidak
bersedia dan lebih menyukai hari Sabtu. Sebagai hukumannya Allah swt melarang
mereka untuk mencari dan memakan ikan di hari Sabtu, dan Allah membuat
ikan-ikan tidak muncul kecuali di hari Sabtu. Sekelompok orang kemudian
melanggar larangan ini dan membuat perangkap ikan sehingga ikan-ikan di hari
Sabtu masuk ke dalam perangkap lalu mereka mengambilnya di hari ahad dan
memakannya. Sementara orang-orang yang tidak melanggar larangan Allah terbagi
menjadi dua kelompok yaitu mereka yang mencegah kemunkaran dan mereka yang diam
saja.
Terjadilah dialog antara orang-orang yang diam saja dengan
mereka yang berdakwah mengingatkan
saudara-saudaranya yang melanggar larangan Allah. Dialog ini disebutkan dalam
Al-Quran:
Dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri yang terletak di dekat laut ketika mereka
melanggar aturan pada hari Sabtu , di waktu datang kepada mereka ikan-ikan
(yang berada di sekitar) mereka terapung-apung di permukaan air, dan di
hari-hari yang bukan Sabtu, ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka.
Demikianlah Kami mencoba mereka disebabkan mereka berlaku fasik. Dan (ingatlah)
ketika suatu umat di antara mereka berkata: “Mengapa kamu menasehati kaum yang
Allah akan membinasakan mereka atau mengazab mereka dengan azab yang amat
keras?” Mereka menjawab: “Agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab)
kepada Tuhanmu , dan supaya mereka bertakwa. Maka tatkala mereka melupakan apa
yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang
dari perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zalim siksaan
yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik. (Al-A’raf (7): 163-165).
Perhatikan jawaban orang-orang yang berdakwah ketika ditanya
mengapa mereka menasehati orang-orang yang melanggar perintah Allah:
1. مَعْذِرَةً إِلَى رَبِّكُمْ
2. وَلَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ
1. Kami berdakwah
agar menjadi argumentasi & penyelamat kami dihadapan Allah swt.
2. Mudah-mudahan
mereka bertaqwa.
Perhatikan pula bahwa yang secara tegas diselamatkan oleh
Allah dari adzab-Nya adalah orang-orang yang melarang perbuatan maksiat.
Dakwah dan amar ma’ruf nahi munkar adalah kontrol sosial
yang harus dilakukan oleh kaum muslimin agar kehidupan ini selalu didominasi
oleh kebaikan. Kebatilan yang mendominasi kehidupan akan menyebabkan turunnya
teguran atau adzab dari Allah swt. Rasulullah saw bersabda:
((مَثَلُ
الْقَائِمِ عَلَى حُدُودِ اللَّهِ
وَالْوَاقِعِ فِيهَا كَمَثَلِ قَوْمٍ
اسْتَهَمُوا عَلَى سَفِينَةٍ فَأَصَابَ
بَعْضُهُمْ أَعْلَاهَا وَبَعْضُهُمْ أَسْفَلَهَا فَكَانَ الَّذِينَ فِي
أَسْفَلِهَا إِذَا اسْتَقَوْا مِنْ
الْمَاءِ مَرُّوا عَلَى مَنْ
فَوْقَهُمْ فَقَالُوا لَوْ أَنَّا خَرَقْنَا
فِي نَصِيبِنَا خَرْقًا وَلَمْ نُؤْذِ
مَنْ فَوْقَنَا فَإِنْ يَتْرُكُوهُمْ وَمَا
أَرَادُوا هَلَكُوا جَمِيعًا وَإِنْ أَخَذُوا عَلَى
أَيْدِيهِمْ نَجَوْا وَنَجَوْا جَمِيعًا))
(رواه البخاري)
Perumpamaan orang yang tegak di atas hukum-hukum Allah
dengan orang yang melanggarnya seperti kaum yang menempati posisinya di atas
bahtera, ada sebagian yang mendapatkan tempat di atas, dan ada sebagian yang
mendapat tempat di bawah. Mereka yang berada di bawah jika akan mengambil air
harus melewati orang yang berada di atas, lalu mereka berkata: “Jika kita
melubangi bagian bawah milik kita dan tidak mengganggu mereka..” Kalau mereka
membiarkan keinginan orang yang akan melubangi, mereka semua celaka, dan jika
mereka menahan tangan mereka maka selamatlah semuanya. (HR. Bukhari).
عَنْ حُذَيْفَةَ بْنِ الْيَمَانِ عَنْ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ: ((وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَتَأْمُرُنَّ
بِالْمَعْرُوفِ وَلَتَنْهَوُنَّ عَنْ الْمُنْكَرِ أَوْ
لَيُوشِكَنَّ اللَّهُ أَنْ يَبْعَثَ
عَلَيْكُمْ عِقَابًا مِنْهُ ثُمَّ تَدْعُونَهُ
فَلَا يُسْتَجَابُ لَكُمْ)) (رواه الترمذي وقَالَ:
هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ).
Dari Hudzaifah bin Yaman ra dari Nabi Muhammad Saw beliau
bersabda: “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, kalian harus melakukan
amar ma’ruf dan nahi munkar, atau Allah akan menurunkan hukuman dari-Nya
kemudian kalian berdoa kepada-Nya dan Dia tidak mengabulkan doa kalian.” (HR
Tirmidzi, beliau berkata: hadits ini hasan).
5. Dakwah adalah
Jalan Menuju Khairu Ummah
Rasulullah saw berhasil mengubah masyarakat jahiliyah
menjadi umat terbaik sepanjang zaman dengan dakwah beliau. Dakwah secara umum
dan pembinaan kader secara khusus adalah jalan satu-satunya menuju terbentuknya
khairu ummah yang kita idam-idamkan. Rasulullah saw melakukan tarbiyah mencetak
kader-kader dakwah di kalangan para sahabat beliau di rumah Arqam bin Abil
Arqam ra, beliau juga mengutus Mush’ab bin Umair ra ke Madinah untuk membentuk
basis dan cikal bakal masyarakat terbaik di Madinah (Anshar).
Jalan yang ditempuh oleh Rasulullah saw ini adalah juga
jalan yang harus kita tempuh untuk mengembalikan kembali kejayaan umat. Imam
Malik bin Anas ra berkata:
لاَ يَصْلُحُ آخِرُ هَذِهِ الأُمَّةِ
إِلاَّ بِمَا صَلُحَ بِهِ
أَوَّلُهَا
Akhir umat ini tidak menjadi baik kecuali menggunakan cara
yang digunakan untuk memperbaiki generasi awalnya. (Nashiruddin Al-AlBani,
Fiqhul Waqi’ hlm 22).
Umat Islam harus memainkan peran dakwah & amar ma’ruf
nahi munkar dalam semua keadaannya, baik ketika memperjuangkan terbentuknya
khairu ummah maupun ketika cita-cita khairu ummah itu telah terwujud. Allah swt
berfirman:
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada
Allah. (Ali Imran (3): 110).
Al-Hayatu Ar-Rabbaniyyah
Dengan semua keutamaan dakwah di atas, berarti seorang da’i
dengan dakwahnya sedang menjalani hidupnya dengan kehidupan rabbaniyyah yakni
kehidupan yang selalu berorientasi kepada Allah swt dan kehidupan yang selalu
diisi dengan belajar Al-Quran yang menjadi sumber kebaikan serta mengajarkannya
kepada orang lain.
Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan
kepadanya Al Kitab, Hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia:
“Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah.” akan
tetapi (dia berkata): “Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu
selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya. (Ali
Imran (3): 79).
Rasulullah saw diperintahkan oleh Allah swt untuk mengajak
umatnya agar menjadi orang-orang yang Rabbani yakni mereka yang selalu belajar
dan mengajarkan Al-Quran sehingga hidup mereka menjadi rabbani pula. Dakwah
adalah aktivitas belajar dan mengajarkan Al-Quran baik dalam membacanya,
memahaminya, mengamalkannya, memperjuangkan tegaknya hukum-hukumnya, dan
konsisten dalam melakukan itu semua.
Kehidupan rabbaniyyah adalah kehidupan seorang da’i yang
selalu mengorientasikan semua aktivitasnya kepada Allah swt Rabbnya, di mana
kehidupan, kematian, ibadah mahdhah maupun ghairu mahdhah semuanya
dipersembahkan untuk Allah swt. Ibadah yang menjadi tujuan hidup semua manusia
dilaksanakan untuk mengagungkan Allah swt seagung-agungnya dan untuk menyatakan
kehinaan dan kelemahan kita di hadapan-Nya. Dakwah adalah salah satu bentuk
pengagungan kepada Allah yang paling utama, karena di dalamnya seorang da’i
meninggikan kalimat-Nya melalui lisannya, amalnya, dan ajakannya kepada orang
lain. Di dalam dakwah seorang da’i bersabar menghadapi berbagai ujian berat
semata-mata demi mengagungkan Allah swt. Semakin berat tantangan dan ujian
dalam mengagungkan Allah swt, semakin besar dan mulia bentuk pengagungan itu di
sisi Allah swt.
Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan
matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam.” (Al-An’am (6): 162).
Al-Hayah Al-Mubarakah (Kehidupan yang Diberkahi)
Dengan selalu berdakwah di jalan Allah swt serang da’i telah
menjadikan hidupnya penuh keberkahan. Yang dimaksud dengan keberkahan adalah
kebaikan yang banyak dan melimpah di sisi Allah swt. Para Nabi alaihimussalam
adalah orang yang paling diberkahi dan kehidupannya adalah kehidupan penuh
keberkahan, perhatikan ucapan Nabi Isa as tentang dirinya:
Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja
aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan)
zakat selama aku hidup. (Maryam (19): 31).
Penyebab utama kehidupan Nabi Isa dan para Nabi lainnya
diberkahi oleh Allah swt adalah pekerjaan mereka sebagai orang-orang yang
dipilih oleh Allah untuk mendakwahkan ajaran-Nya kepada manusia. Inilah yang
dipahami oleh Ibnul Qayyim – salah seorang ulama besar – ketika menjelaskan
surat Maryam ayat 31 di atas. Beliau berkata:
فَإِنَّ
بَرَكَةَ الرَّجُلِ:
• تَعْلِيْمُهُ لِلْخَيْرِ حَيْثُ حَلَّ،
• وَنُصْحُهُ لِكُلِّ مَنْ اِجْتَمَعَ
بِهِ.
قَالَ تَعَالَى إِخْبَارًا عَنِ الْمَسِيْحِ: وجعلني
مباركا أينما كنت [مريم: ٣١] أَيْ:
1. مُعَلِّمًا لِلْخَيْرِ،
2. دَاعِيًا إِلَى اللهِ،
3. مُذَكِّرًا بِهِ،
4. مُرَغِّبًا فِيْ طَاعَتِهِ.
Keberkahan seseorang itu ada pada:
• pengajarannya
terhadap segala macam kebajikan di mana pun ia berada, dan
• Nasehat yang ia
berikan kepada semua orang yang ijtima’ (berkumpul) dengannya.
Saat menceritakan tentang nabi Isa – ‘alaihissalam – Allah
swt berfirman:
“Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja
aku berada”. (Q.S. Maryam: 31)
Nabi ‘Isa – ‘alaihissalam – menjadi manusia yang membawa
berkah adalah karena ia:
Menjadi guru kebajikan
Juru dakwah yang menyeru manusia kepada Allah – subhanahu wa
ta’ala -
Mengingatkan manusia tentang Allah – subhanahu wa ta’ala -
Mendorong dan memotivasi manusia untuk taat kepada Allah –
subhanahu wa ta’ala.
Demikian Ibnul Qayyim melihat keberkahan dalam hidup
seseorang, di mana kehidupan yang berkah itu – menurut beliau & sesuai
arahan Al-Quran – ditentukan oleh aktivitas memberi manfaat kepada orang lain
melalui dakwah dan kebaikan yang disebarkan demi meninggikan kalimat Allah swt.
No comments:
Post a Comment