Thursday, January 17, 2013

Mencintai 5 Perkara dan Melupakan 5 Perkara

Rasa dan puji syukur sudah selayaknya dan seyogyanya kita panjatkan ke khadirat Allah swt, Dzat yang tidak pernah berhenti menganugerahkan nikmat karuniaNya kepada kita semua.
Sholawat serta salam sejahtera semoga terlimpah dan tercurah kepada junjungan kita bersama Rosulillah Muhammad Saw, demikian juga semoga terlimpah kepada kerabat dan sahabat, umumnya untuk para pengikutnya hingga yaumil akhir. Amin

Pada saat Rasulullah menerima Firman Allah Swt surat Al-A’la, Rasulullah berhenti sejenak, Allah berfirman dalam surat Al’ala ayat 16 dan 17, Bal tu’siruunal hayaataddunyaa wal’aakhirotu khoiruw wa’abqoo, akan tetapi manusia-manusia lebih memilih kehidupan dunia padahal kata Allah kehidupan akhirat lebih baik dan lebih kekal.


Dua ayat yang diturunkan Allah kepada Rasulullah, nampaknya sangat berbekas langsung, saat itu Rasulullah terdiam, lalu oleh para sahabat nampak terlihat dari ujung-ujung mata Rasulullah meneteskan air mata sehingga membasahi sebagian besar baju gamis yang digunakan olehnya, para sahabat ketika itu tidak berani bertanya lebih jauh, tatkala sudah mulai nampak pulih aroma wajah Rasulullah, barulah salah seorang sahabat memberanikan diri bertanya kepada rasul, “Ya Rasulullah, apa yang menyebabkan Baginda meneteskan air mata dan nampak menunjukkan aura kesedihan sedemikian rupa?”, ketika itu Rasulullah langsung menjawab dengan sebuah hadist yang sangat prediktif sifatnya, “saya’ti zamanun ‘ala ummati yuhibbuna khomsan wayansauna khomsan”, sambil meneteskan air mata, rasulullah berusaha untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh para sahabat.

Akan datang suatu masa dimana masa tersebut akan menimpa umat kami, dimana umat kami kelak akan mencintai 5 perkara dan melupakan 5 perkara. Dan setelah berkata demikian Rasulullah kembali menangis.

Sedemikian rupa perhatian, sedemikian rupa kasih sayang, sedemikan rupa cintanya Rasulullah kepada kita semuanya sehingga apa yang akan terjadi beberapa ratus tahun kemudian menjadi sebuah perhatian dan kepedulian dari Rasulullah. Para sahabat penasaran, kemudian salah seorang sahabat memberanikan diri bertanya lagi, “Ya Rasul, tolong jelaskan kepada kami apa yang Baginda maksudkan, umatmu kelak mencari 5 perkara dan lupa terhadap 5 perkara yang lain?”. Kata Rasul, “al’ula (yang pertama) umatku kelak di akhir zaman yuhibbuunaddunya wayansaunal akhiroh”, umatku kelak di akhir zaman akan lebih mencintai dunia dan lupa kepada akhirat.

Baik disadari atau tidak, nampaknya sebagian dari kita sekarang ini tatkala merenungkan rukun iman yang ke-5 hanya sebatas pengetahuan saja, bahwa adanya yaumil qiyamah dan kehidupan akhirat tidak memberikan dampak yang lebih jauh terhadap kejiwaan. Karena cintanya kepada dunia menjadikan salah satu indikator yang membuat para ulama pesimis dan prihatin, kita ketahui bersama yang namanya suap menyuap pun sudah terlihat dengan jelas, kata rasul laknatullah, dilaknat Allah, sudah sedemikian rupa menggejala umatku di akhir zaman lebih menyukai dunia dan lupa kepada akhirat.

“Ya Rasulullah apa yang berikutnya?”, watsani/ yang kedua, kata Rasulullah: “umatku kelak di akhir zaman yuhibbuunal kholqoh wayansaunal khooliqoh, umatku kelak di akhir zaman lebih mencintai dan memiliki perhatian kepada sesama makhluk Allah dan lupa kepada penciptanya”. Tidak jarang dalam kehidupan keseharian kita melihat seorang ayah karena saking sayang kepada anaknya dia lupa menunaikan kewajiban sholat 5 waktu, karena saking sayangnya suami kepada istri dia rela mengorbankan kewajiban shalat shubuh dan banyak indikasi-indikasi lainnya sebagai perwujudan lebih cintanya kepada makhluk dan lupa kepada kholiqNya.

Sahabat bertanya lebih jauh lagi, “Ya Rasulullah apakah itu benar-benar akan terjadi”?, pasti kata rasulullah. Kemudian apa yang ketiga ya Rasulullah?” Rasulullah memberikan jawaban yang lebih jauh, yang ketiga umat kami kelak di akhir zaman “yuhibbunaddzunubah wayansaunattaubah, umatku kelak di akhir zaman akan lebih menyukai perbuatan-perbuatan dosa”, perbuatan dosa akan menjadi warna keseharian kehidupan, dari mulai dosa terkecil sampai dosa besar, dosa ghibah sekarang ini sudah menjadi salah satu romantika daripada pergaulan keseharian dan lupa kepada taubat, dari hari ke hari kita menumpuk dosa namun frekuensi bertaubat kita kepada Allah tidak seimbang dan tidak seintensif kita berbuat dosa. Marilah hal ini kita renungkan dalam hati sanubari yang paling dalam.

“Ya rasulullah setelah engkau gambarkan kepada kami 3 hal apakah yang dua hal lagi masih mengerikan? masih menunjukkan sebuah kehidupan yang sangat memprihatinkan?”, benar wahai sahabatku, jawab Rasulullah umatku kelak di akhir zaman “yuhibbuunal maala wayansaunal hisab”, umatku kelak di akhir zaman akan mencintai harta, akan mencintai materi, dia akan berusaha menumpuk dan tidak pernah akan menunjukkan sebuah kepuasan dan di pihak lain melupakan hisab. Sekecil apapun nikmat yang Allah berikan kepada kita pasti akan ada suatu majelis dimana kita dituntut untuk menunjukkan pertanggung jawaban kita, yang akan langsung dipimpin oleh Allah Swt.

Sedemikian kita cintanya kepada harta, tidak jarang kepada Allah pun kita semakin berhitung, bagi seorang bapak yang berangkat ke masjid membawa uang 10 ribu rupiah untuk dimasukkan ke dalam kencleng masjid, seakan-akan sedekah tersebut sudah besar, padahal kalau kita hitung selama sebulan kalau dia berangkat 4 kali maka yang disumbangkan untuk masjid hanya 40 ribu rupiah, seimbang-kah dengan nikmat yang Allah berikan kepada kita? Bandingkan, kalau seorang istri meminta uang ratusan ribu rupiah maka tanpa banyak berfikir sang suami sangat mudahnya memberikannya.

Kemudian yang terakhir, Rasulullah menyampaikan umatku kelak di akhir zaman yuhibbunal kusuroh wayansaunal fahfaroh, umatku kelak di akhir zaman akan lebih menyukai gedung-gedung yang megah, rumah-rumah yang mewah dengan keluasan-keluasan tanahnya yang sedemikian rupa menyolok, namun di pihak lain kata Rasulullah umatku kelak di akhir zaman akan lupa terhadap kuburan, padahal kuburan inilah yang akan menjadi tempat yang cukup lama, tempat transit anda antara kehidupan dunia dan akhirat, yang luasnya tidak lebih dari 2 X 1 meter.

Ada sesuatu yang memprihatinkan, tatkala para muballigh menyampaikan hadist-hadist yang sifatnya prediktif, nampaknya keraguan sudah mengakar orang-orang muslim sekarang ini, mereka lebih percaya pada para futuris-futuris di abad ke-20 ini, mereka lebih percaya kepada pendapat ilmuwan-ilmuwan barat daripada apa yang disampaikan oleh Rasulullah Saw.

Tentu saja dua ayat Allah yang tadi disampaikan nampaknya sudah terbukti saat ini, Bal tu’siruunal hayaataddunyaa wal’aakhirotu khoiruw wa’abqoo, bahwa sebagian besar manusia lebih memilih kehidupan dunia walaupun kehidupan akhirat lebih baik dan lebih kekal.
 Barokallahulakum ....
Penulis

2 comments:

  1. terimakasih sudah memberikan ilmunya dalam dakwah islam, sedikit saran kalau bisa dicantumkan teks hadis Arabnya

    ReplyDelete
  2. hadits diatas riwayat siapa ustadz?

    ReplyDelete