Lisan, bentuknya memang relatif kecil bila dibandingkan dengan
anggota tubuh yang lain, namun ternyata memiliki peran yang sangat besar bagi
kehidupan manusia. Celaka dan bahagia ternyata tak lepas dari bagaimana manusia
memanajemen lidahnya. Bila lidah tak terkendali, dibiarkan berucap
sekehendaknya, alamat kesengsaraan akan segera menjelang. Sebaliknya bila ia
terkelola dengan baik , hemat dalam berkata, dan memilih perkataan yang
baik-baik, maka sebuah alamat akan datangnya banyak kebaikan..
Di saat kita hendak berkata-kata, tentunya kita harus berpikir
untuk memilihkan hal-hal yang baik untuk lidah kita. Bila sulit mendapat kata
yang indah dan tepat maka ahsan (mendingan) diam. Inilah realisasi dari sabda
Rasulullah sholallohu alaihi wasalam
"Barangsiapa yang beriman kepada
Allah dan hari akhir maka hendaknya ia berkata yang baik atau diam ( HR Muslim )
di samping itu kita pun harus paham betul manakah lahan-medan
kejelekan sehingga lidah kita tidak keliru memijaknya. Kita harus tahu apakah
sebuah hal termasuk dalam bagian dosa bagi lidah kita atau tidak? Bila kita
telah tahu , tentunya kita bersegera untuk meninggalkannya.
Diantara medan-medan dosa bagi lidah kita antara lain..
- Ghibah
Ghibah bila didefinisikan maka seperti yang diungkapkan oleh Rasulullah sholallohu alaihi wasalam
"Engkau
menyebutkan tentang saudaramu, dengan apa-apa yang dia benci" terus
bagaimana jika yang kita bicarakan tersebut memang benar-benar ada pada saudara
kita? "Jika memang ada padanya apa yang engkau katakan maka engkau telah
meng-ghibahinya, dan bila tidak ada padanya maka engkau telah berdusta"
(HR. Muslim)
Di dalam Al quran , Allah ta'ala menggambarkan orang yang
meng-ghibahi saudaranya seperti orang yang memakan bangkai saudaranya:
"Janganlah kalian saling memata-matai dan jangan
mengghibahi antara satu dengan yang lain, sukakah kalian memakan daging
saudaranya tentu kalian akan benci" ( Al
Hujurat 12)
Tentu sangat menjijikkan makan daging
bangkai , semakin menjijkkan lagi apabila yang dimakan adalah daging bangkai
manusia , apalagi saudara kita sendiri. Demikianlah ghibah, ia pun sangat
menjijkkan sehingga sudah sepantasnya untuk dijauhi dan dan ditinggalkan.
Lebih ngeri bila berbicara tentang
ghibah, apabila kita mengetahui balasan yang akan diterima pelakunya. Seperti
dikisahkan oleh Rasulullah sholallohu alaihi wasalam di malam mi'rajnya. Beliau
menyaksikan suatu kaum yang berkuku tembaga mencakar wajah dan dada mereka
sendiri. Rasul pun bertanya tentang keberadaan mereka, maka dijawab bahwa
mereka lah orang-orang yang ghibah melanggar kehormatan orang lain.
- Namimah
Kalau diartikan ia bermakna memindahkan perkataan dari satu kaum kepada kaum yang lain untuk merusak keduanya. Ringkasnya "adu domba". Sehingga Allah mengkisahkan tentang mereka dalam Al-Qur'an. Mereka yang berjalan dengan namimah , menghasut, dan mengumpat. Di sekitar kita orang yang punya profesi sebagai tukang namimah sangat banyak bergentayangan, dan lebih sering di kenal sebagai provokator-kejelekan. Namimah bukan hal yang kecil , bahkan para ulama mengkatagorikannya di dalam dosa besar . Ancaman Rasulullah bagi tukang namimah
" tidak akan masuk surga orang yang mengadu domba
(HR Bukhari)
akibat ghibah ini sangat besar
sekali, dengannya terkoyak persahabatan saudara karib dan melepaskan ikatan
yang telah dikokohkan oleh Allah. Ia pun mengakibatkan kerusakan di muka bumi
serta menimbulkan permusuhan dan kebencian.
- Dusta
Dusta adalah menyelisihi kenyataan atau realita. Dusta bukanlah akhlaq orang yang beriman, bahkan ia melekat pada kepribadian orang munafiq
"Tiga ciri orang munafik, apabila berkata berdusta,
apabila berjanji mengingkari dan apabila dipercaya berkhianat (HR Bukhari dan Muslim)
padahal orang munafik balasannya
sangat mengerikan "di bawah kerak api neraka" Dusta pun mengantarkan
pelakunya kepada kejelekan "Sungguh kedustaan menunjukkan kepada kejelekan
dan kejelekan mengantarkan kepada neraka.
No comments:
Post a Comment